
Mentari mulai bersinar, pagi itu saya harus bergegas pergi ke sekolah, melepas langkah dengan harapan, antara berhasil atau gagal, tak sedikitpun saya berfikir untuk putus asa, orang tuaku mengasah hidup di kebun dengan pengharapan hanya kepada tuhan, akankah hidup ini berlanjut atau sampai disini ? Mimpi sering kali menghampiri dalam tidur, saya hanyalah anak dari seorang hamba tuhan yang bekerja dengan alam, doa dan air mata seringkali hadir dalam hari-hari orang tuaku.
Tuhan, saya hanya ingin melihat ibu bapakku tersenyum. Inilah sepatah kata untuk menggambarkan hidup seorang Palangsong Latuconsina, putra Maluku yang kini sedang bertarung mensejahterakan kehidupan masyarakat di pegunungan Tolikara, Provinsi Papua.

Palangsong Latuconsina adalah anak dari pasangan M. Latuconsina dan I. Latupono. Dirinya sendiri adalah anak keenam dari tujuh bersaudara. Dengan latar belakang orang tua sebagai petani membuat Palanggsong bertekad untuk mewujudkan itu sebagai cita-citanya dihari esok.
Seorang ayah yang pada saat itu menjadi petani cengkeh, pala, kopi, kelapa dan tanaman pangan lainnya rupanya membuat Palangsong meneruskan tangan ayahnyanya ke dalam dunia pertanian.
Seiring berjalannya waktu, Palangsong mengambil langkah untuk meneruskan jenjang pendidikan tinggi pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura dan wisuda tahun 1991. Selain melanjutkan hobby bertani dari orang tuanya, Palangsong merasa sudah cukup paham soal kebutuhan pangan.
Dibesarkan dari keluarga yang selain menjadi petani cengkih, pala, kopi, dan tanaman pangan lainnya dan arti peningkatan pendapatan dan kesejahteraan, ayahnya pernah menjadi seorang guru pada sekolah rakyat di zaman belanda. Pendidikan menjadi hal utama yang sangat di prioritaskan dalam keluarganya.
Menjadi petani cengkih, pala, kopi, dan tanaman pangan lainnya pada saat itu tidak membuat ayahnya putus asa untuk menyekolahkan tujuh anaknya.
Keuletan, kerja keras, rutin bekerja dan kesabaran dari ayahnya membuat dirinya yakin dan berbesar hati atas peluang besar yang akan beliau raih dalam hidupnya di masa depan.
Palangsong Latuconsina saat ini menjabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara. Dia memulai karirnya sebagai Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) di Ex Timor Timur yang kini menjadi Timor Leste.
PPS itu adalah sebagai pendamping masyarakat petani dan kelompok tani untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraannya. Sehingga pada akhirnya dirinya ditugaskan ke Provinsi Papua pada dan dilantik oleh Bupati Kabupaten Tolikara, Usman G. Wanimbo, sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Tolikara.
Terbiasa hidup pada kondisi daerah yang di kenal keras membuat belaiu bermentalkan baja untuk paham dengan kondisi masyarakat sekitarnya. Dalam kesehariannya beliau selalu bertemu langsung dengan petani, hal ini membuat beliau paham dengan kondisi masyarakat yang mata pencahriannya sebagai petani.
Selain itu juga jika kembali ke kehidupan belaiu yang terlahir sebagai anak seorang petani, membuat beliau selalu berfikir keras untuk bagaimana sector pertanian di Tolikara mampu di pertahankan dan petani harus di sejahterakan. Prinsip beliau “petani adalah jantung kehidupan, jika tidak ada petani yang bercocok tanam maka semua orang akan kelaparan’’, jadi sudah sepantasnya beliau terus berjuang kepada petani di pegunungan Tolikara yang mana jangkauan perhatian pemerintah pusat masih sangatlah terbatas.
Tolikara sendiri dikenal sebagai daerah penghasil kopi dengan kualitas terbaik, untuk membuat para petani terus semangat untuk menghasilkan kopi terbaik beliau terus melakukan promosi kopi tolikara hingga pada saat ini kopi tolikara sendiri sudah di kenal sampai ke manca negara diantaranya Inggris, Australia dan Philipina dan itu tidak terlepas dari hasil kinerja seorang palangsong latuconsina.
Lihai membaca kondisi perekonomian masyarakat dari sector pertanian, membuat beliau selalu melakukan tindakan-tindakan tepat sasaran guna membantu para petani. Dengan pelayanan Kasih, jujur, rendah hati serta keuletan dirinya, kopi Tolikara hingga kini sudah menembus pasar internasional dan itu tidak terlepas dari semangat para petani yang bekerja dan seorang palangsong yang selalu giat dalam ide promosinya.
Hingga saat ini masyarakat Tolikara mampu menyekolahkan anak-anaknya dari hasil penjualan kopi dan tanpa di sadari Pendidikan anak-anak Tolikara dapat berlanjut dengan baik.
Pendapatan petani kopi tolikara semakin meningkat dan sejahtera, sejalan dengan itu, program ini terus di kembangkan oleh masyarakat di kabupaten tolikara sebagai pendapatan utama, dan tentunya mengurangi angka pengangguran di daerah tersebut.
Palangsong terus berkarya, hingga menemukan apa yang orang tolikara belum dapatkan. Kehadiran dirinya menyempurnakan senyum para petani di puncak gunung Tolikara, membantu pendidikan para anak petani di Tolikara dengan impian besar bahwa anak Tolikara harus berani dan mau sukses sekalipun orang tuanya hanyalah seorang petani kopi.
Kita berharap sosok yang ramah dan selalu senyum menjadi ciri khas dari Palangsong Latuconsina yang merupakan Kepala Dinas Pertanian Tolikara, putra Maluku ini, terus melebarkan sayapnya di tanah Papua. Maju terus Bapak Palangsong Latuconsina. (dm2)