
Oleh: M. Faisal Sahiatua (Ketua DPD KNPI Provinsi Maluku)
Ketika pusat kekuasaan akan menentukan langkah baru untuk Indonesia. Ada yang menarik terjadi setiap lima tahunnya. Hal tersebut ditandai dengan perombakan perangkat kenegaraan. Mulai dari lembaga legislatif, eksekutif, maupun para penyokong orang nomor satu di Negeri ini, yaitu jajaran kabinet.
Dalam merespon rekaman sejarah itu, muncullah fenomena gerakan yang hampir terjadi pada setiap periode lima tahunan di segmen pemuda Maluku, dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Hal ini menunjukkan semangat pemuda dalam memperjuangkan nasib daerah dan seluruh tumpah darah ‘Negeri Para Raja’ ini.
Tentu apresiasi yang luar biasa harus diberikan. Namun ada sebuah catatan kritis yang perlu disampaikan (otokritik) terhadap gerakan yang dilakukan atas sederet isu klasik yang selalu diutarakan. Mulai dari perjuangan menuntut porsi menteri di pemerintahan baru, isu provinsi kepulauan, kue pengelolaan SDA, sampai dengan tuntutan otonomi khusus (Otsus) bagi ‘Provinsi Pendiri Bangsa’ ini.
Namun apakah kita sudah siap dalam menyambut itu semua? Apakah kita bisa menjamin ketika itu semua diberikan kepada kita, lantas kita mampu mengelola dengan maksimal? Apakah SDM dalam berbagai bidang itu sudah memenuhi sebuah standarisasi dari kebutuhan sektor yang ada?
Saya sebelumnya telah memberikan suara untuk memperjuangkan posisi ‘Anak Maluku’ untuk diperhitungkan dalam bursa calon menteri di pemerintahan baru periode 2019-2024. Alhasil syukur Alhamdulillah memantik gerakan, dan gagasan teman-teman pemuda terkait isu ini. Namun lagi-lagi lebih banyak yang membicarakan dan menyuarakan ini secara simultan, tanpa ada alternatif gagasan lain sebagai next step atau tindak lanjut gerakan sesudah ini. Bahkan gagasan yang sepatutnya harus diaktualisasikan jauh hari sebelum perihal perjuangan menteri digaungkan.
Oleh karena itu, saya terpanggil untuk sekedar mengingatkan segenap elemen pemuda untuk mau ‘mereformasi’ gagasan, dan gerakan yang lebih tepat sasaran. Sudah sepatutnya pertanyaan yang saya ajukan di atas mampu dijawab dengan tepat, dan cermat dari sisi gerakan nyata oleh segenap generasi muda maluku. Terlebih bagi kaum aktivis yang masih sangat idealis di masanya kini.
Dewasa ini sisi politis sangat erat mendominasi gerakan dari jiwa pemuda. Hal ini wajar dan sah saja. Toh pemuda adalah kaum pembaharu, dan Instrumen politik. Akan tetapi terlepas dari pakem perjuangan politik yang dilakukan generasi muda, pemuda mesti mengenal dirinya untuk perubahan itu sendiri. Kita harus memahami apa yang harus kita lakukan, bukan mengharuskan sesuatu yang membutuhkan banyak kesiapan.
Mengutip pesan dari seorang filsuf Inggris Bertrand Russell,” Memahami dunia sebagaimana adanya bukan sebagaimana seharusnya, adalah awal dari sebuah kebijaksanaan.” Filosofi ini dapat diaktualisasikan dengan karya yang diberikan oleh pemuda kepada daerah ini. Sudah seharusnya gagasan dan gerakan pemuda terarah pada pembangunan sektor riil, sehingga harta karun yang merupakan Rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan warisan leluhur bagi negeri yang pernah digandrungi oleh bangsa besar saat ini bisa dikelola secara produktif. Bukan seperti yang kini tengah diperbincangkan.
Sedangkan, negara telah memikirkan ini semua, dan jelas secara gamblang termaktub dalam Dasar Negara pada Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945. Setelah Negara mempersiapkan semuanya dengan komitmen yang telah dinyatakan, maka selanjutnya kita mempersiapkan diri, bahkan dari jauh hari sebelum ini.
Sektor pertanian dan perikanan merupakan primadona ‘Negeri Para Raja’ ini. Minyak dan gas bukan solusi utama persoalan hidup di Maluku. Akan tetapi kita harus tau bahwa di mana ada sumber energi disitulah konflik akan terjadi. Tentunya kita tak mau konflik itu terulang, apalagi soal perebutan dan bagi-bagi kue SDA.
Kita belum memiliki kekuatan ekonomi daerah dalam pengelolaan blok masela untuk mendatangkan Income besar bagi daerah. Tetapi kita memiliki ruang dan kemampuan serta kesempatan kapan saja dalam mengelola potensi perikanan dan pertanian.
Roadmap serta blueprint pengembangan dan pengelolaan potensi ini harusnya disiapkan oleh generasi muda, yang hari ini kritis terhadap problematika. Bukan sebatas retoris dan diskusi secangkir kopi tanpa ada sebuah tindak lanjut.
Gerakan nyata pemuda harus digelorakan dan dinyatakan pada sektor yang menjadi primadona dari dulu hingga kini. Pemuda harus mandiri dan berdikari dalam mengelola potensi yang dimiliki. Di mulai dari hal terkecil sampai nanti kita menjadi ‘Satu Tumpah Darah’ Maluku. Kita bisa berdikari secara ekonomi dari apa yang kita miliki tanpa merengek hak otonomi khusus.
Bangsa Maluku bukanlah bangsa yang manja. Kita adalah ‘Penggagas NKRI’. Ini membuktikan bahwa kita telah gigih memperjuangkannya. Kita berjuang untuk kemerdekaan bukan meminta sebuah kemerdekaan, sehingga kita juga tidak menjadi bangsa peminta-minta. Akan tetapi, kita harus menjadi bangsa yang berjuang untuk nasibnya sendiri.
Bersuara untuk kesejahteraan bangsa adalah mutlak bagi diri pemuda. Tapi kita bukan bersuara untuk meminta-minta. Mari kita mencipta, sehingga suara yang kita keluarkan adalah suara yang berpengaruh bagi bangsa lain, dengan bercermin dari apa yang kita capai.
Pemuda adalah pemimpin masa depan. Pemimpin mesti punya daya pengaruh (Influencer). Mempengaruhi tentunya harus menciptakan. Ciptaan adalah sebuah karya. Marilah berkarya nyata bagi Maluku. Berkarya dalam sektor yang primadona. Berkarya dengan semangat kemandirian. Kerja keras kita di usia muda akan kita panen di hari tua untuk anak cucu. Mari sedikit mengubah paradigma gerakan ke arah yang lebih nyata, untuk menghasilkan sesuatu.
Sesuatu yang langsung menyentuh pada sendi kehidupan yang paling dalam bagi diri kita maupun masyarakat Maluku.
Saya yakin kita adalah bangsa yang kuat. Bangsa yang keras. Bangsa yang gigih dan pantang menyerah. Presiden Indonesia pertama Bung Karno pernah mengatakan,” Saya akan kuat mendirikan dan membangun Bangsa ini dengan tiga karakter yang utama. Karakter sabar layaknya orang Jawa, cerdas layaknya orang Batak, dan berani layaknya orang Maluku.”
Hal ini menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang diperhitungkan sepanjang perjalanan Negeri ini. Tunjukkan keberanian itu dari diri kita sebagai generasi muda dalam menerobos tombok masa depan. Perkembangan zaman menuntut kita untuk lebih kreatif, inovatif dan mandiri.
Mari tanamkan itu! Kita mulai dari generasi muda. Fondasi pada diri pelajar, mahasiswa dan pemuda harus kuat tertancap, guna menjemput masa depan dengan karya nyata. Ketika kita mulai di waktu sekarang, saya sungguh yakin di masa mendatang tanpa kita meminta maka kita akan diberikan kemulian itu.
Pemuda tak harus selalu sibuk dengan urusan orang tua. Pemuda harus melakukan apa yang akan mereka nikmati di hari tua.
Semoga sedikit tabaos bagi pemuda Maluku ini, bisa dinikmati bersama dengan secangkir kopi kampung, dan bertindak sesudah itu, akibat efek nikmatnya. Salam Pemuda ! (*)