Ambon – Setahun telah berlalu sejak Benhur G. Watubun memegang palu sidang DPRD Provinsi Maluku, tepat pada 28 Oktober 2024, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda.
Momentum itu bukan sekadar angka di kalender, tapi pengingat bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab bukan sekadar kursi dan titel.
Dalam waktu singkat, Benhur telah menunjukkan bahwa posisi tinggi bukan alasan untuk diam. Ia mendorong partisipasi masyarakat dalam Pilkada Serentak 2024, menolak praktik politik uang dan menekankan pentingnya aspirasi rakyat dlm setiap kebijakan. Langkah ini mengingatkan kita bahwa semangat pemuda bukan hanya tentang energi yang menyala-nyala, tapi juga arah yg jelas dan niat yang tulus.
Di sisi lain, ia juga memperlihatkan kemampuan meredam aksi-aksi massa hang sempat dituding anarkis dengan pendekatan yang sejuk tanpa kehilangan ketegasan.
Saat terjadi pemotongan dana transfer, Benhur berani bersuara lantang bahkan ketika momen itu bertepatan dgn kehadiran Wakil Presiden di Maluku.
Sikap ini memperlihatkan karakter seorang pemimpin yang tak tunduk pada situasi, melainkan teguh menjaga kepentingan rakyat.
“Palu yang saya pegang ini untuk menjaga keseimbangan antara eksekutif dan legislatif, tapi tetap tegas ketika kepentingan rakyat diabaikan,” katanya.
Pernyataan sederhana, tapi sarat makna. Karena bagi Benhur, kepemimpinan bukan sekadar kewenangan, tapi komitmen untuk menjaga keseimbangan antara suara rakyat, kepentingan publik dan stabilitas pemerintahan daerah.
Pengakuan nasional pun datang, saat Benhur terpilih sebagai Wakil Ketua I ADPSI pada Mei 2025. Bagi sebagian orang, itu mungkin sekadar prestasi formal, tapi bagi pemimpin sejati, itu adalah amanah dan cermin tanggung jawab yg lebih besar. Kepemimpinan sejati lahir dari kesadaran bahwa keputusan yg diambil akan membentuk kehidupan banyak orang, bukan hanya diri sendiri.
Tantangan datang silih berganti. Kebijakan efisiensi anggaran, pengawasan program Makanan Bergizi Gratis, hingga sorotan publik, menuntut sikap tegas sekaligus bijak. Di sinilah filosofi kepemimpinan terlihat: berani mengambil keputusan, tapi tetap peka pada efeknya terhadap kehidupan masyarakat.
Setahun bukan waktu yg panjang, tapi cukup utk menegaskan satu hal: kepemimpinan adalah perpaduan antara visi, integritas, dan keberanian menghadapi arus. Persis seperti yg dicontohkan para pemuda pada 28 Oktober 1928 — bersatu, berani, dan memiliki tujuan yg jelas.
Benhur Watubun mengingatkan kita bahwa setiap pemimpin, seperti pemuda, harus mampu menyalurkan energi utk perubahan, bukan sekadar mengikuti arus. Ia mengajarkan bahwa jabatan dan kuasa hanyalah sarana; yg utama adalah kemampuan utk tetap hadir, mendengar, dan memberi makna bagi masyarakat yg diwakili.
.
Di Maluku, kita melihat bahwa kepemimpinan bukan tentang siapa yg duduk paling tinggi, tapi tentang bagaimana energi dan niat baik itu diterjemahkan menjadi langkah nyata yg dirasakan masyarakat. Dan setahun Benhur memimpin DPRD adalah pengingat bahwa semangat Sumpah Pemuda tidak pernah lekang, ia hanya menunggu wujud nyatanya dlm tindakan nyata. (dm1)





